SENIN, 17 MEI 2010
TEMPO Interaktif, Jakarta – Stephanus Hamy sangat terpesona oleh tapis, kain asal Lampung, dengan warna keemasannya itu. Jadilah ia bermain-main dengan kain tapis dalam parade pembukaan Jakarta International Food and Fashion Festival (JIFFF) 2010 di Grand Ballroom Hotel Harris, Kelapa Gading, Rabu lalu. Di perhelatan tahunan ketujuh kalinya ini, Hamy memadukan kain tapis berwarna senada dengan aksen ikat pinggang yang memberi kesan elegan dan mewah.
Hamy akan mengadakan lima kali pertunjukan dalam pergelaran JIFFF 2010 ini. “Setelah JIFFF, beberapa koleksi akan langsung saya bawa ke Rusia untuk show di Moskow dan St Petersburg,” kata Hamy sebelum parade pembukaan. Menurut Hamy, seorang desainer tak hanya mesti kreatif dalam merancang tapi juga mampu melihat selera pasar.
Perancang busana lulusan American Academic Fashion Major in College Level, Paris, ini lebih suka menggunakan bahan lokal dan kain tradisional. Ia pun senang merancang busana yang sederhana, langsung bisa dipakai, dan berciri etnik modern.
Selain Hamy, ada 13 perancang lain yang ikut parade busana. Oka Diputra, desainer muda asal Bali, misalnya, mengangkat tema “Sari di Cita”. Ia menampilkan keindahan bunga tropis Indonesia, seperti anggrek liar yang tumbuh di dahan pohon belantara Irian Jaya dan Kalimantan, yang ia terjemahkan ke dalam delapan busana.
Model pertama memakai busana siluet panjang serba putih yang menunjukkan bunga anggrek yang masih kuncup. Model kedua mengenakan minidress putih dengan rufflespada potongannya untuk menampilkan kuncup yang akan mekar.
Model yang lain juga mengenakan minidress, tapi berwarna putih kebiruan. Ruffles-nya makin melebar, pertanda kuncup yang mekar. Oka menggunakan busa yang ditutupi sutra untuk membentuk ruffles dan kelopak anggrek dengan tekstur lembut tapi berbentuk tegas.
Gaun-gaun selanjutnya diisi dengan gradasi putih ke biru, hingga siluet biru dengan aksen hitam pada busana kelima yang menunjukkan anggrek liar telah mekar dengan sempurna. Tiga busana terakhir berwarna merah, pink, dan hijau dengan siluet menyerupai kupu-kupu.
Sementara itu, Lenny Agustin, yang dikenal dengan rancangan ringan, kasual, dan muda, mengangkat tema “Grandma, I Miss You”. Lenny terilhami oleh kenangan busana perempuan Indonesia masa lalu, seperti kebaya dan baju kurung. Uniknya, Lenny mengaplikasikan busana masa lalu ini dengan gaya remaja punk, emo, dan grunge.
Lihat saja jaket berbahan kulit bergaya kebaya, atau baju kurung yang dipadankan dengan celana punk. Ada pula rok lipit yang menyerupai kain jarik. Lenny mengkombinasikan warna gelap, seperti hitam, cokelat, dan ungu, dengan warna terang, seperti kuning mustard, biru, merah, dan hijau. Aksesori ban pinggang, kalung, sepatu, dan gelang logam ala punk rock mengekspresikan kebebasan penampilan anak muda.
Para perancang lainnya yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia dan Ikatan Perancang Mode Indonesia, antara lain, Musa Widyatmodjo, Ali Charisma, Priyo, Oktaviano, dan Carmanita, yang karyanya terinspirasi dari Tanah Air.
Sugianto Nagaria, Vice Chairman JIFFF 2010, pada saat konferensi pers pembukaan JIFFF mengatakan pihaknya berharap, melalui perhelatan ini, kecintaan masyarakat luas terhadap fashion lokal akan meningkat. “Banyak karya desainer kita yang dikenal masyarakat internasional,” kata Sugianto.
AMANDRA MUSTIKA MEGARANI
Sumber: http://www.tempointeraktif.com
Informasi Baju Seragam Murah Hubungi Adjie Sutardi, Telp./WA 0813-21220274. SeragamOnline suplier baju seragam PDH, PDL, seragam sekolah, seragam kantor, blazer, kaos, dll.
1 Comment
british gymnastics · September 21, 2010 at 9:47 pm
wonderful I genuinely like your own web-site continue best up the facts I will sure pop in a number of extra demand to see some even more gratitude an ton.